“There is no truth except the truth that exists within you. Everything else is what someone is telling you.”
Neale Donald Walsch

Monday, February 11, 2013

Qadariyah vs Jabariyah



Apakah Tuhan memberi kebebasan terhadap manusia untuk mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan Tuhan yang absolut?.
Menanggapi pertanyaan tersebut dalam Islam muncullah dua paham yang dikenal dengan istilah Qadariyah dan
Jabariya.

Qadariyah adalah satu aliran dalam teologi Islam yang berpendirian bahwa manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan (Free Will) dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatannya. Menurut paham ini, manusia bebas dan bisa memilih apa saja yang akan dikerjakan atau ditinggalkannya. Karena kalau tidak, maka manusia bagaikan benda-benda mati lainnya. Sehingga asas pemberian tanggung jawab, pemberian pahala dan dosa tidak ada gunanya. Dengan perkataan lain, mereka berpendapat manusia itu bebas menentukan diri sendiri memilih beramal baik atau buruk, karena mereka harus memikul resiko, dosa kalau berbuat munkar dan berpahala jika berbuat baik dan taat.

Sedangkan paham Jabariyah berpendapat bahwa qada dan qadar Tuhan yang berlaku bagi segenap alam semesta, tidaklah memberi ruang atau peluang bagi adanya kebebasan manusia untuk berkehendak dan berbuat menurut kehendaknya sendiri. Paham ini menganggap bahwa semua takdir itu dari Allah. Oleh karena itu menurut mereka, seseorang menjadi kafir atau muslim adalah atas kehendak Allah. 


Bagi saya tampaknya kedua paham tersebut membuat dikotomi antara manusia dan Tuhan, antara yang dicipta dan pencipta, antara mahluk dan khalik. Pola berpikir keagamaan demikian ini saya sebut  'Separation Theology'-- Teologi Keterpisahan. Sedangkan saya berpendapat bahwa kita dan Tuhan itu manunggal, pencipta dan yang dicipta, mahluk dan khalik adalah SATU.  Apa lanjutan cerita dari kedua cara pandang Theology ini? Nantikan pada tulisan2 berikutnya .........

Saturday, February 9, 2013

Mulainya percakapan

Dalam buku berjudul 'Conversations With God' by Neale Donald Walsch


Beginilah Tuhan memulai percakapannya ......

 Aku telah mendengar jerit-tangis bathinmu. Aku telah melihat pencaharian jiwa-mu. Aku tahu betapa dalamnya engkau mendambakan Kebenaran, baik dalam duka maupun dalam suka. Tanpa henti-hentinya engkau memohon padaKU, agar AKU 'memperlihatkan' DiriKU, menjelaskan akan DiriKU, menunjukkan akan keberadaanKu.

Akan Kulakukan disini, menggunakan istilah-istilah yang sangat jelas, dan kamu tidak akan lagi salah mengerti. Dalam bahasa yang begitu sederhana, sehingga engkau tidak akan kebingungan. Menggunakan kata-kata yang begitu umum, sehingga engkau tidak akan tersesat dalam rimba kata-kata.

Oleh sebab itu teruslah berjalan. Tanyakan padaKU apapun yang ingin kau tanyakan ... Apapun. Aku akan merancang jalan untuk mengantarkan jawabannya. Seluruh komponen alam semesta ini akan Ku gunakan untuk melakukannya. Oleh sebab itu, tetaplah waspada. Buku ini bukanlah satu-satunya alat komunikasiKu denganmu. Engkau dapat mengajukan sebuah pertanyaan, kemudian tutuplah buku ini. Tetapi, jangan lupa untuk memperhatikan berbagai peristiwa yang terjadi di sekelilingmu.


Simaklah ... Kata-kata dalam lagu yang kau dengar berikutnya. Cermati informasi yang terkandung dalam artikel yang kau baca berikutnya. Cermati kisah yang terkandung dalam film yang kau tonton berikutnya. Simak ucapan dari seseorang yang kebetulan engkau jumpai. Atau dengarkanlah gemericik suara air di sungai, gemuruh ombak di lautan, sepoi angin yang menyentuh telingamu --- semua ini adalah alat komunikasiKu; semua jalan ini terbuka bagiKu. Aku akan berbicara padamu, jika kamu mau mendengarkannya. Aku akan datang menjumpaimu, jika engkau mengundangKu. Dengan demikian Aku akan menunjukkan padamu bahwa Aku selalu berada bersamamu, dalam berbagai peristiwa hidupmu.